YANG MAHA

                             YANG MAHA
                 Karya: Setia Naka Andrian
Essay: Tri Mulyani

Beberapa bulan yang lalu, Setia Naka Andrian seorang penyair meneribitkan sebuah buku yaitu kumpulan puisi-puisi yang diberi judul Manusia Alarm. Didalam kumpulan buku puisi tersebut yang sudah beliau tulis sejak Maret 2015. Tema dalam puisi yang beliau tulis dibuku tersebut sedikit banyak tentang religious. Seperti halnya yang terjadi beberapa tahun belakangan film-film di tanah air pun mengangkat tema yang serupa, seperti Hafalan Solat Delisa, 99 Cahaya di Langit Eropa,dan lain-lain. Bukan hanya film, di lingkungan masyarakatpun kini sedang gencar-gencarnya berhijrah, hal ini patut kita syukuri dan doakan supaya bukan hanya mengikuti sebuah trand. Melainkan memang sebuah kewajiban yang mereka sadari, kemudian mereka lakukan. Yang baru-baru ini sedang terjadi adalah demo besar-besaran umat muslim, dikarenakan secara sengaja ataupun tidak sengaja seorang Gubernur DKI Jakarta melakukan penistaan Agama dan yang sedang hangat diperbincangkan yaitu ibu sukmawati karena puisinya yang dinilai mengandung RAS. Dari puisi yang dibuat oleh Pak Naka, salah satu puisinya yang membuat saya ingin mencermati lebih dalam adalah puisi yang berjudul Yang Maha. Tidak mudah memang untuk mengetahui, apa si makna atau pesan yang terkandung dalam sebuah puisi? Harus ada perenungan yang panjang dan dibaca berulang-ulang.
Seperti halnya dalam puisi Yang Maha setelah saya baca, banyak sekali dugaan apa sebenarnya makna dalam puisi tersebut, berisi tentang tuhankah, orangtua atau oranglain. Namun, jika anda membaca penggalan puisi yang "bukankah kau, yang maha sempurna/ sedangkan aku/ yang maha pura-pura" dan  bait dari puisi tersebut “untuk keberadaan/ dan keagunganmu” itu yang membuat kita merasa bahwa puisi tersebut dibuat untuk tuhannya, dalam kondisi merenungi diri dalam sebuah malam yang kosong. Penyair ingin kita juga menyadari bahwa diri kita hanyalah sebuah mahluk yang tidak luput dari kesalahan dan Tuhan lah yang memang patut kita samba, karena memang Tuhan lah Maha segala-galanya.
Perjumpaanku dengan pak Naka tepat seminggu yang lalu, didalam ruang kelas membahas beberapa puisi. Namun, bukan hanya membaca puisi dan cukup untuk mengetahui makna dalam sebuah puisi. Beliau juga beberikan banyak tips dan motivasi dalam membuat sebuah karya yang baik, dalam setiap kesempatan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sepertiga malam

REVIEW PEMENTASAN "PANGGUNG JABAT TANGAN"